Jumat, 08 Oktober 2010

Seberkas Kisah Lalu

Gerimis masih menghiasi kota Jogja sore itu ketika Rena terlarut dalam renungannya sepulang kuliah. Tak terasa yang dihadapinya kini telah berubah. Dunia yang selama ini dilaluinya sendirian, dengan cinta yang diam-diam, kini tergantikan oleh suguhan cinta dari seseorang yang selalu ada di sampingnya.
Adalah Diaz, kekasih Rena yang baru dipacarinya seminggu ini. Diaz lah yang kini selalu ada di setiap detik waktu Rena. Dia, yang sebenarnya orang yang baru Rena kenal, kini mengubah hampir semua kisah yang telah terjadi dalam hidup Rena. Cinta diam-diam yang selama ini terjaga rapat di hati Rena perlahan mulai terkoyak karena Diaz.
Rena sibuk memandangi titik-titik air yang berjatuhan. Pikirannya jauh melayang di antara puing-puing memori yang mulai menghilang, atau lebih pantas jika dikatakan “dihilangkan”. Gerimis seperti inilah yang dulu pernah jadi saksi kisah tak sampai yang pernah terjadi antara dia dan Edo, teman Rena sejak kecil.
Bertahun- tahun rena memendam perasaannya kepada Edo, seorang dengan pembawaan kalem, cool, dan menurut Rena sangat luar biasa mempesonakan hatinya. Intensitas pertemuan dan kebiasaan lah yang menumbuhkan rasa itu. Sejak penghujung SMP, mungkin sampai saat ini.
“Ren, kamu ada kegiatan gak sore ini?” bunyi sms dari Edo.
“Gak ada, knp?” balas Rena.
“Punya waktu buat aku? Ntar sore aku mampir ke rumahmu,” Edo membalas.
Selalu seperti itu sejak pertama Rena mengenalnya. Dia seakan punya cara sendiri untuk menjalani hidupnya dan tak pernah mempedulikan orang lain dengan kehidupan mereka yang pasti berbeda dengan cara hidup Edo. Begitu jugalah yang sedang Rena pikirkan tentang Edo.
“Aku harus gimana, Fah?” Tanya Rena kepada Iffah, sahabatnya semasa SMA.
“Ya kamu harus katakan apa yang sebenernya kamu rasain, kalau kamu suka sama dia,” jawab Iffah.
“Aku cewek, Fah. Masa’ aku harus bilang kalau aku suka sama dia? terang-terang aku tahu kalau dia udah pacaran sama Vina,” jawab Rena.
“Tapi Na, ini kesempatan terakhirmu. Ngomong ke dia pas prom nite malam ini, atau kamu gak akan pernah tahu gimana perasaan dia ke kamu, selamanya,“ balas Iffah.
Malam itu jadi malam penting buat Rena. Malam hidup dan mati. Setelah tiga tahun sejak dia merasa dekat dengan Edo, setelah selama itu pula hatinya tersiksa karena perasaan itu, inilah saatnya ia membuka cinta yang hanya ia bungkus rapat di hatinya.
Selama ini Rena adalah satu-satunya cewek yang dekat dengan Edo, hingga perasaan itu menghampiri dan mengharuskannya menunggu. Rena hanya bisa berharap karena baginya menyatakan cinta lebih dulu itu pantangan besar yang gak boleh sekalipun dilanggar. Dia juga tak pernah tahu bagaimana perasaan Edo yang sebenarnya terhadapnya.
Entah bagaimana awalnya, mereka menjadi dekat menjelang Ujian Nasional SMP. Edo yang rumahnya tidak begitu jauh dengan Rena mengawali cinta diam-diam itu dengan belajar bersama. Awalnya Rena hanya biasa saja, tetapi seiring berjalannya waktu, hati Rena tak kuasa menahan terjangan angin cinta yang melambungkan hatinya begitu tinggi. Cewek mana yang bisa tahan ketika ada cowok baik, kalem, misterius seperti Edo datang mendekat dengan cara yang sangat halus? Tanpa sadar kemudian Rena menjadi satu-satunya cewek yang terlihat sering bersama dengan Edo. Dengan gaya cool-nya Edo seakan menutup diri untuk bisa di dekati cewek lain di sekolahnya.
Hari-hari sering mereka lalui bersama. Jalan, ke toko buku, ke perpustakaan, bahkan ketika duduk-duduk di taman SMA Manunggal tanpa sengaja Tuhan mempertemukan mereka. Edo sering terlihat didekati cewek-cewek di SMAnya, tetapi mereka semua seakan tidak sedikitpun mendapat respon dari Edo. Sikap misteriusnya berlaku untuk siapa saja, kecuali Rena.
Tanpa terasa malam itu adalah malam terakhir di tahun ketiga sejak Rena memulai siksaan demi siksaan di hatinya. Setelah sebulan lalu dia mendapatkan ujian terberat buat hatinya ketika mengetahui bahwa Edo berpacaran dengan Vina tanpa sepengetahuannya, kini dia dihadapkan dengan situasi yang lebih sulit tatkala harus merendahkan harga diri seorang wanita demi mengetahui perasaan pria idamannya. Harapan yang bertahun-tahun terpendam telah luluh lantak sejak Vina datang dan membawa Edo pergi. Namun, tanya itu masih tersisa dan belum sempat terjawab.
Hati Rena terus-menerus menangis. Logikanya tak lagi relevan dengan keadaannya sekarang. Apa arti kedekatan mereka selama ini? Apa Edo hanya menganggap Rena teman? Atau sahabat? Atau Edo gak pernah merasa bahwa Rena sangat mengaguminya? Dan kini Rena harus menerima bahwa Edo menjadi pacar Vina. Apa itu artinya Edo telah berhasil mempermainkan hatinya?
Semua pertanyaan itu hanya berputar-putar di otak Rena tanpa mendapat penjelasan logis sedikitpun dari pikirannya. Satu-satunya harapan yang mungkin dapat mengungkap semua tanya itu ada di prom nite malam ini. Setelah berpikir panjang, akhirnya Rena memutuskan untuk menyatakan perasaannya yang sebenarnya kepada Edo.
Pukul 20.30, ketika Raphot band sedang menghibur anak-anak SMA Manunggal malam itu, Rena mengirimkan pesan singkat untuk Edo.
“Temui aku 10 menit lagi, di taman samping, sendirian.” Begitu bunyi sms Rena.
Tanpa menunggu jawaban dari Edo, Rena menyiapkan mental, hati dan pikirannya untuk menerima apapun anggapan Edo terhadapnya nanti. Rena siap. Dia benar-benar siap.

To be continued...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar