Kamis, 21 Oktober 2010

Jatuh Lebih dari Cinta (part 1)

Jatuh cinta adalah sebuah kejadian yang pasti akan membekas di ingatan kita. Apa sebenarnya jatuh cinta?
Kalian ingat kapan pertama kali kalian jatuh cinta?
Ketika masih SD? SMP? Atau SMA?
kenapa itu bisa terjadi?
Mungkin buat kalian yang pernah ngerasain cimon (cinta monyet) pas masih kecil, kalian akan inget dimana saat itu kalian se-kelas,mulai lirik-lirikan mata, main bareng,lari-larian, dan itu kalian namakan jatuh cinta.
Atau ketika sudah agak gede, kalian terlibat dalam 1 acara, kalian ketemu, ngobrol singkat, tukeran nomor hape, ngdate , dan... Kalian sebut itu jatuh cinta??
Atau ketika kalian lagi pusing mikirin ujian,kalian ketemu di satu kelas tambahan,atau les sore, kalian mulai deket,dan itu jatuh cinta??
Dan banyak cerita lain yang menjadi indikasi loe jatuh cinta dengan melalui proses yang sebenarnya sangat sederhana.

gue sendiri mengalaminya, ketika gue ketemu,tertarik, deket, dan gue jatuh cinta.
Itu di masa-masa kejayaan gue dulu,ketika gue masih bisa melakukan apapun tanpa berbenturan dengan kesibukan selain bersenang-senang.

Namun gue akhirnya sadar kalo sebenernya jatuh cinta itu memang gak simpel. Jatuh cinta yang simpel itu adalah kesalahan pengartian yang sudah menjadi wajar,atau disebut 'salah kaprah' oleh orang jawa.

Saat itu gue melalui semua step di atas. Gue sekelas sama dia, gue bisa kapanpun ngobrol sama dia, gue bisa jadi partner dia di organisasi kampus, gue bisa berbagi cerita, dan gue gak ngerasa jatuh cinta. Gue mungkin memang merasa bisa menamai sebuah perasaan khusus ini dengan 'tertarik'. Karena diam-diam gue mulai sering memerhatikan dia, mulai sering berharap bisa ngeliat dia tersenyum, atau mungkin saat gue menunggu dia mencuri pandang ke gue. Namun, gue ngerasa gak punya alasan yang kuat untuk mengulangi masa 'salah kaprah' gue sewaktu SMA. Saat itu, jatuh cinta datang dengan mudah. Saat gue tertarik, ajak ngedate, pegang tangannya, mulai kepikiran dan terbayang-bayang, saat itu gue bilang itu jatuh cinta. Kasus lain ketika gue berani memandang matanya, meraih tangannya, mungkin mencium pipinya,atau dicium olehnya, dan itu jatuh cinta!

Akhirnya, gue bingung sendirian ketika gue kembali ke step dimana otak gue mulai memproduksi bayangan tentang dirinya,senyumnya, kata-katanya, bahkan tingkahnya ketika sedang asik bergurau dengan teman-tamannya. Semua terekam jelas di sini (menunjuk kepala).

Gue kembali berada dalam sebuah dilematika yang menjebak gue pada situasi dimana anggapan di otak gue gak sinkron dengan kondisi real gue.

Gue pusing, galau, ragu, takut, marah, emosi, bahagia, stres, dan akhirnya gue menyerah pada keadaan. Gue mungkin gak bisa menolak saat jatuh cinta itu datang.
Untuk itu gue perlu pembelaan yang jelas untuk mematahkan anggapan gue bahwa jatuh cinta itu datang dengan mudah...


bersambung...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar