Selasa, 05 Oktober 2010

Kecil, tetapi sangat Indah (part I)

Manusia adalah makhluk yang sering menggampangkan sesuatu. Itulah sebabnya kadang-kadang manusia lupa, atau bahkan sering melupakan hal-hal sepele yang tanpa disadari itu penting, misalnya dalam sebuah hubungan yang kita sebut dengan pacaran.
Gue Kebo, nama pemberian dari cewek gue. Gue sempat kepikiran gimana perasaan nyokap-bokap gue sewaktu tau anaknya yang paling ganteng ini namanya berubah dengan sangat mengenaskan semacam itu. Hahaha. Tapi it’s OK lah, buat orang yang special gue relakan nama pemberian ortu gue itu, yang mungkin dulunya diperhitungkan dengan sangat matang, melalui beberapa tahap seleksi yang rumit, dan mungkin melalui perdebatan disertai pertapaan panjang, kini berubah menjadi nama hewan yang item, dekil, dan jauh berbeda dari kenampakan asli gue. Sangar!
Kita balik ke topik utama.
Hari ini gue menemukan poin-poin penting yang musti gue garis bawahi.
Pagi, 07.00…
Kampus masih sepi ketika kaki ini melangkah keluar dari lift lantai 5. Perkuliahan harus mundur gara-gara penjaga pintu belum juga membuka ruang kuliah. Mungkin semalam dia nge-ronda, terus pulang pagi, dimarahin istrinya dikira selingkuh, akhirnya tidur di musholla, terus kesiangan. Terlalu mengada-ada.
Rena udah sms gue pagi tadi, bilang bakal telat datang ke kelas. Dia minta dikosongin kursi di sebelah gue. Oke, sebagai cowok pengertian, gue dengan senang hati datang kepagian dan menunggu juru kunci datang. Gue sempat berpikiran negative kalau si Rena termasuk ke dalam golongan “Kebo Tingkat Atas” alias tukang molor. Hahaha. Mungkin itu yang melatar-belakangi dia menamai gue dengan sebutan “KEBO” yang sebenarnya hanya alibi dia untuk menghilangkan dugaan atas dirinya. Rumit sekali…
07.20, perkuliahan sudah berlangsung lebih-kurang 5 menit, dan Rena kemudian datang dengan senyumnya yang khas. Seakan lupa kalau dia datang telat, dan seakan gak punya dosa apa-apa. Tapi yang terpenting yang gue rasa, dia seakan seneng banget karena gue mau datang pagi dan nyiapin satu kursi di depan buat dia. Poin pertama, hal sepele yang mungkin bakal jadi hal yang sangat mengesankan adalah… sedikit perhatian kecil buat pasangan anda.
Senyum pertama gue pagi ini.
Mungkin lo gak ngerasa. Hal-hal semacam ini walaupun terlihat sepele, tapi seakan jadi bumbu/pelengkap dalam sebuah hubungan. Efeknya juga bakal manis di akhir karena itu artinya lo memperhatikan celah terkecil yang bisa membuat pasangan lo ‘seneng’ bisa jadi pacar lo.
Bayangin seandainya sewaktu gue buka mata tadi pagi dan liat sms dia yang bilang bakal datang telat, terus gue bales smsnya gini :
“ Lo jadi cewek males banget, sih?” atau … “harusnya Lo donk yang dateng duluan, bukan gue…”
Atau kemungkinan lain : “gue juga bakal telat, gue masih ngantuk…”
Di mata dia gue bakal jadi Kebo dongo yang udah males, gak pengertian lagi. Bukan cuma itu… kalau setelah itu malah timbul niat dari dia untuk selingkuh sama onta, misalnya, ‘kan bakal berabe urusannya…
Kelas pertama selesai.
Gue keluar bareng dia dan ngajak dia sarapan. Dia mikir-mikir dulu sebelum akhirnya meng-iya-kan. Sampai di sebuah Rumah Makan Padang deket kampus, gue ambil makanan dan dia cuma pesen jus tomat. Terus gue nanya, kan… “kamu napa gak sarapan sekalian?” dia jawab, “belum laper, Bo…” sambil tersenyum. Akhirnya dia cuma nungguin gue makan. Bener-bener kaya juragan kebo yang ngasih rumput buat kebonya, ditungguin sampai habis, baru dia tinggalin tu kebo. Itu terjadi ke gue pagi ini.
Habis makan gue masuk ke kelas dan dia pulang karena gak ada kelas. Sore ini baru gue tau kalau tadi sewaktu gue masuk kelas, dia gak balik ke rumah. Dia ada rapat LEM (mungkin) dan sampai siang dia di kampus.
Poin kedua yang gue dapet hari ini, Rena merelakan waktunya buat gue. Dia anak organisasi yang punya kesibukannya sendiri, tapi masih sempet-sempetnya nemenin gue makan (walaupun mungkin sebenernya terpaksa). Gue juga lihat, datar-datar aja dan tanpa keluhan sedikitpun ketika dia harus mengundur rapatnya demi kasih makan kebonya (gue-red).
Gue tersenyum untuk kedua kalinya di pagi ini.
Dan sore ini ada kelas terakhir buat hari ini. Seperti pasangan baru kebanyakan, kami duduk berdekatan (lagi) di kelas. Ya, itung-itung pendekatan tahap lanjut, lah. Gue sih seneng-seneng aja. Gak tau deh dia gimana.
Kelas tanpa terasa cepat berlalu, dan kami pun harus berpisah. Gak tau kenapa rasanya masih pengen berduaan untuk waktu yang lebih lama. Tapi itu jelas sesuatu yang dipaksakan, karena kami udah cukup lama bareng buat hari ini. Gue balik ke kos dan dia balik ke rumahnya. Rumah dia kira-kira 25 menit perjalanan dari kampus, kalau gak macet. Ada perasaan yang tertinggal sewaktu gue harus merelakannya balik ke rumah ortunya. Tapi itu memang harus terjadi.
Kira-kira 5 menit setelah gue melihat senyum terakhir Rena buat gue hari ini, hape gue bergetar. Ternyata itu sms dari dia dan isinya sangat mengejutkan...

Bersambung...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar